Babak Baru Semburan Lumpur Sidoarjo

Bencana di dunia perminyakan yang terjadi setidaknya di tiga tempat bagian dunia yakni perairan Amerika Serikat, China, dan Selat Timor, belakangan ini telah menyita perhatian publik khususnya dunia perminyakan. Ketegasan Presiden Barack Obama menyebabkan BP (British Petroleum) tak setengah-setengah menanggulangi masalah bencana tumpahan dan semburan liar (blow-out) lepas pantai. Sehingga dalam tempo tiga bulan masalah telah mampu diatasi. Demikian pula pemerintah China yang segera tanggap menunjukkan kepedulian atas bencana tumpahan minyak di perairan negara itu. Yang terakhir adalah juga bencana tumpahan minyak di selat Timor. Pemerintah Australia juga segera bertindak cepat mengatasi peristiwa tersebut. Tampak nyata dalam ketiga peristiwa itu betapa pemerintah dan industri secara bersama-sama bertanggung-jawab, menunjukkan rasa bersalah yang dalam, sekaligus tindakan tanggap darurat yang cepat sehingga masalah yang dihadapi terpecahkan tanpa menyita lebih banyak korban.
Lantas bagaimana kalau kita bandingkan dengan bencana semburan lumpur di Sidoarjo? Sejak tahun 2006, artinya setelah empat tahun berselang, bencana belum juga memperlihatkan tanda-tanda dapat teratasi, justru semakin parah. Kini bukan lagi lumpur, tetapi air dan gas juga semakin banyak tersemburkan sementara amblesan tanah semakin mengkhawatirkan. Bila tindakan secara serius dan massive telah dilakukan sejak awal barangkali masalah ini sudah teratasi. Wawancara sebuah stasiun TV dengan pakar perminyakan Indonesia terungkap bahwa pakar Indonesia sendiri diperkirakan mampu mengatasi masalah ini jika pemerintah dan industri tak setengah-setengah sejak awal.
Hasil penelitian dan studi penulis memperlihatkan bahwa masalah semburan lumpur Sidoarjo sebenarnya telah berkembang menjadi lebih kompleks. Bukan saja aspek reservoir migas di bawah sumur Banjarpanji-1 (BJP-1) yang bermasalah, namun kini tak tertutup kemungkinan reservoir lapangan gas Wunut di sebelah baratnya, lapisan pembawa air tanah (aquifer), serta aspek kepanas-bumian dari fenomena kegunung-apian (Arjuna, Welirang dan Anjasmara) di selatannya telah berkontribusi dalam kompleksitas permasalahan yang telah terjadi. Karena itu diperlukan pemahaman kondisi geologi bawah permukaan dan reservoir di sekitar lokasi semburan lumpur untuk dapat melakukan mitigasi dan antisipasi tindakan penanganan.
Sesuai dengan hasil pengukuran lapangan, analisa sampel di lab, serta data dari berbagai sumber, diketahui bahwa sumber gas dari lapangan Wunut di arah barat laut pusat semburan telah ikut menyembur ke permukaan. Sumber gas itu pula diperkirakan telah meningkatkan tekanan lapisan air tanah, sehingga menyebabkan terjadi semburan air (dingin) melalui sumur-sumur pantek penduduk serta rekahan-rekahan akibat proses amblesan (subsidence). Meskipun sumur BJP-1 dibuat untuk eksplorasi minyak dan gas bumi, berdasarkan analisa isotop air di sekitar semburan lumpur memberikan indikasi bahwa sebagian air yang menyembur dari pusat semburan berasal dari aktifitas magmatik (volkanisme) yang diperkirakan berhubungan dengan kompleks gunung-gunung api Arjuna, Welirang dan Anjasmara. Berdasarkan data dan pengukuran yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa reservoir di bawah sumur BJP-1 merupakan reservoir kombinasi minyak dan panasbumi. Lapisan-lapisan sedimen mengandung hidrokarbon telah mengalami pemanasan oleh tubuh batuan beku atau lava yang berada di bawahnya (Gambar 1).
Meski kondisi geologi telah semakin kompleks seperti diuraikan di atas, masih terbuka kesempatan untuk dapat mengatasi masalah. Dalam dunia perminyakan dikenal teknologi pemboran berarah dan horizontal (Directional and Horizontal Drilling). Dengan teknologi ini memungkinkan masalah masih dapat diatasi. Kini tinggal komitmen pemerintah dan pihak-pihak yang bertanggung-jawab bagaimana bisa bertindak lebih cepat, serius dan tidak setengah-setengah. Pengorbanan biaya pasti diperlukan, tetapi itulah harga yang harus dibayar oleh pihak yang berani membuka usaha serta melakukan tindakan penuh resiko. Rakyat, terutama yang hidup di sekitar wilayah bencana, telah berlarut-larut hidup dalam penderitaan dan ketidak-pastian. Dengarkan jeritan dan tangisan mereka serta segera entaskan dari kubangan lumpur nestapa, sebelum bencana lebih besar menimpa negeri ini !

Tentang untungsumotarto

Male, Indonesian, graduated from Gajah Mada University (Indonesia) and University of Texas at Austin (USA)
Pos ini dipublikasikan di Migas, Uncategorized dan tag , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar